Friday, June 7, 2013

Laporan Hasil Observasi Psikologi Pendidikan



Laporan Hasil Observasi Psikologi Pendidikan

Nama Anggota Kelompok:
1. Khirzun Nufus           (12-031)
2. Irma Arfiani Lubis     (12-061)
3. Siti Annisa Suryani   (12-063)
4. Venny Zulkarnain      (12-111)
5. Hans Amanov Purba (12-117)
6. Rodo Ridho Sirait      (12-121)
Data Sekolah:
Nama                                      : SMA Negeri 2 Model Binjai
Alamat                                    : Jl. Padang No. 08 Binjai Selatan
Uang Sekolah                         : Rp80.000,-
Konsep e-learning                  : Berbasis Power point dan Website sekolah (masih kurang pemanfaatannya)
Sejak kapan digunakan         : 2009
DESKRIPSI SEKOLAH
SMA Negeri 2 Model Binjai yang berdiri sejak 1979 terletak di jalan Padang No.8 Binjai, Kecamatan Binjai Selatan. Sekolah yang memiliki berbagai macam kegiatan-kegiatan, baik itu kegiatan organisasi maupun kegiatan ekstrakurikuler ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, Bapak Syaiful Bahri dan dibantu oleh beberapa Pembantu Kepala Sekolah yang giat mengembangkan SMAN 2 Model Binjai menjadi sekolah yang berprestasi tidak hanya pada tingkat provinsi tetapi juga sudah mencapai nasional. Ini dibuktikan dengan pada tahun 2010, SMAN 2 Model Binjai mendapat penghargaan sebagai sekolah model (percontohan). SMAN 2 Model Binjai sendiri sangat mengutamakan keasrian, terbukti dengan banyaknya pohon yang ditanam dilingkungan sekolah tersebut, sehingga membuat udara disekitarnya menjadi lebih segar.
PENDAHULUAN
Definisi e-learning
Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley yang menyatakan: 
e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-learning Terms (2001) menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone. Matthew Comerchero dalam E-learning Concepts and Techniques (2006) mendefinisikan E-learning adalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi, dan teknologi. Karena ada keterbatasan dalam interaksi sosial, siswa harus menjaga diri mereka tetap termotivasi. E-learning efisien karena mengeliminasi jarak dan arus pulang-pergi. Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain dengan media yang dapat diakses dari terminal komputer yang memiliki peralatan yang sesuai dan sarana teknologi lainnya yang dapat mengakses jaringan atau Internet. 
Dari definisi-definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning (Wahono, 2005).
Tujuan
Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah :
1.      agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, 
2.      untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, 
3.      untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, 
4.      untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, 
5.      untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik.
Manfaat
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu
1.      media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan,
2.      media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi,
3.      media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain,
4.      media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan,
5.      media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan,
6.      media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
Keuntungan Menggunakan E-learning 
1.      Fleksibel karena siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan tipe pembelajaran yang berbeda-beda. 
2.      Menghemat waktu proses belajar mengajar 
3.      Mengurangi biaya perjalanan 
4.      Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku) 
5.      Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas 
6.      Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan 

Kelemahan Menggunakan E-learning 
1.      Karena e-learning menggunakan teknologi informasi, tidak semua orang terutama orang yang masih awam dapat menggunakannya dengan baik.
2.      Membuat e-learning yang interaktif dan sesuai dengan keinginan pengguna membutuhkan programming yang sulit, sehingga pembuatannya cukup lama. 
3.      E-learning membutuhkan infrastruktur yang baik sehingga membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi.
4.      Tidak semua orang mau menggunakan e-learning sebagai media belajar. 
Arsitektur E-learning
URAIAN SINGKAT OBSERVASI
Observasi dilakukan pada tanggal 23 Mei  2013, dimulai dari pukul 8.00 WIB hingga pukul 12.30. Observasi sendiri dilakukan dengan membagi anggota menjadi 2 kelompok, diantaranya di kelas X.7 saat mata pelajaran Biologi, diobservasi oleh Khirzun Nufus, Venny Zulkarnain dan Rodo Ridho pada pukul 9.00- 10.00, dan di kelas XI IPA 2 saat mata pelajaran Bahasa Indonesia diobservasi oleh Siti Annisa, Irma Arfiani, dan Hans Amanov pada pukul 10.45-11.30. Pada akhir observasi kami meminta para siswa untuk mengisi kuesioner yang telah disiapkan.
HASIL OBSERVASI
Observasi pertama dilakukan pada pukul 9.00 sampai pukul 10.00 di kelas X.7 yang saat itu sedang berlangsung mata pelajaran Biologi, siswa diajarkan oleh seorang guru yang bernama Soimin. Beliau mengajarkan materi mengenai Ekologi. Pada saat proses belajar mengajar, siswa yang sebelumnya sudah terbagi dalam beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka mengenai materi yang diajarkan. Menurut observasi kami, saat itu proses belajar mengajar menggunakan orientasi belajar SCL (Student Center Learning), hal ini dibuktikan dengan siswa lebih aktif dalam aktivitas kelas, sedangkan guru hanya menjadi fasilitator, yang pada waktu itu pak Soimin hanya bertindak sebagai pengamat saja.
            Kelas berisi 35 orang siswa dari 40 siswa yang seharusnya hadir. Bangku disusun dengan gaya auditorium. lingkunga fisik kelasnya sendiri hanya terdiri dari meja, kursi, dan papan tulis. Kelas tidak dilengkapi dengan mesin pendingin ataupun kipas angin, hal ini menyebabkan murid kepanasan dan secara tidak langsung mengganggu aktivitas belajar mengajar karena tidak focus dengan materi yang disampaikan temannya, sebagian sibuk mengipas diri dan sebagiannya lagi terlihat mengobrol bahkan ada yang tertidur. Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa teori belajar yang digunakan dikelas adalah humanistic, dimana semua aktivitas belajar diserahkan kepada siswa, sehingga motivasi belajar-pun kurang dimiliki siswanya.
Observasi kedua dilakukan pada pukul 10.45 di kelas XI IPA 2 saat mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan guru pengajar Bu Novita yang membawakan materi tentang seminar kelas. Pada awal proses belajar, guru mengarahkan murid untuk memperhatikan video hasil karya kelas lain untuk dijadikan referensi pembelajaran untuk pembuatan seminar yang telah ditugaskan kepada murid sebelumnya. Guru menerangkan tahapan-tahapan penyelenggaraan seminar dari media video yang ditampilkan. Setelah video referensi ditayangkan dan dijelaskan oleh guru, murid diarahkan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam diskusi kelompok tersebut dibahas tentang pembentukan struktur kepanitian seminar, seperti ketua panitia, narasumber, dan moderator setiap  kelompoknya.
            Dari proses pembelajaran pada kelas yang kami observasi, kami menyimpulkan bahwa orientasi belajar pada kelas tersebut merupakan tipe TCL (Teacher Center Learning) karena sumber pembelajaran masih bersumber dari guru dan guru masih mengatur serta mengarahkan tugas kepada murid.
            Tata bangku pada manajemen kelas ini tersusun rapi, namun penempatan fasilitas kelas kurang tertata rapi. Motivasi murid masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari absensi murid yang 10 orang tidak hadir dari total murid 35 orang dengan alasan ketidakhadiran yaitu baru selsai dari study tour.
           
           
KOMENTAR
            Dewasa ini system pembelajaran yang berlandaskan e-learning sudah seharusnya menjadi kebutuhan setiap instansi pendidikan. Mengingat konsep dari e-learning itu sendiri adalah membantu siswa dalam mengembangkan potensi mereka dalam proses belajar dengan menggunakan kemajuan teknologi yang ada. Selain itu dengan memanfaatkan teknologi ini, baik guru maupun siswa diuntungkan karena sangat membantu dalam mempermudah aktivitas belajar mengajar, selain bisa sebagai sumber informasi alat elektronik yang digunakan bisa digunakan sebagai proses belajar mengajar lainnya, seperti pengumpulan tugas.
            Berdasarkan observasi yang telah kelompok lakukan, konsep e-learning sendiri belum sepenuhnya diterapkan oleh SMAN 2 Model Binjai, hal ini dapat diamati dari beberapa aspek. Diantaranya:
1.      Kurang meratanya penggunaan in-focus sebagai salah satu contoh peralatan e-learning pada setiap kelas. Salah satu factor penyebabnya adalah kurangnya kuantitas dari in-focus. Tercatat sekolah hanya memiliki sekitar 5 buah item in-focus yang dapat digunakan sebanyak kurang lebih 21 kelas.
2.      Kurangnya pemanfaatan jaringan internet di lingkungan sekolah. Padahal sekolah sudah menyediakan fasilitas wifi, tetapi sepertinya belum benar-benar dimanfaatkan para siswa dan guru.
3.      Kurangnya pemahaman siswa mengenai penggunaan e-learning itu sendiri. Terlihat dari jawaban para siswa dari kuesioner yang diberikan. Kebanyakan siswa tidak mengerti konsep e-learning, tujuan serta manfaat penggunaannya.
4.      Salah satu factor krusial dari kurangnya pemanfaatan e-learning adalah, tidak semua siswa berasal dari kelas ekonomi menengah keatas, hal ini menyebabkan hanya sebagian siswa saja yang memiliki perangkat elektronik yang memadai sebagai penunjang e-learning.
Mengenai orientasi belajar dikelas, sepertinya masing-masing kelas memiliki orientasi belajar yang berbeda, tergantung guru dan mata pelajaran yang diajarkan. Terlihat dari hasil observasi pada kelas pertama yang menggunakan orientasi belajar SCL (Student Center Learning), dimana siswa yang bertindak sebagai penyaji materi dan guru sebagai fasilitator. Hanya saja kekurangannya menurut kelompok yang mengobservasi adalah kurangnya andil guru dalam member feedback atas apa yang telah disampaikan kelompok presenter, guru cendrung hanya sebagai pengamat saja. Sedangkan pada kelas kedua, kelas menggunakan orientasi belajar TCL (Teacher Center Learning), dimana aktivitas belajar mengajar masih berporos dari guru yang bertindak sebagai penyaji materi sekaligus pengtur jalannya proses belajar dikelas.
Secara umum, berdasarkan observasi kasus yang sudah disampaikan sebelumnya, pada umumnya manajemen kelas di SMAN 2 Model Binjai menggunakan system permisif, dimana otonomi lebih banyak diserahkan kepada murid tapi tidak member banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Menurut kelompok, gaya manajemen permisif belum cocok diterapkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas, dimana siswa masih memerlukan bimbingan dan arahan dari gurunya, tidak heran murid dikelas yang diobservasi ini cendrung punya keahlian akademik yang kurang memadai dan control diri yang rendah. Sejalan dengan manajemen kelas, teori belajar yang digunakan pada umumnya adalah teori humanistic, dimana semua aktivitas belajar diserahkan kepada siswa, sehingga motivasi belajar-pun kurang dimiliki siswanya, tentunya ini menjadi salah penghambat berkembangnya potensi siswa, karena guru kurang berperan sebagai motivator.

TESTIMONI PRIBADI
Hal observasi sekolah ini adalah pengalaman pertama saya (juga sebagian besar teman saya) dalam melakukannya. Saya baru belajar untuk mengobservasi saat ditugaskan untuk melakukannya per kelompok belajar. Dalam pengalaman kali pertama kami ini, kami menemukan beberapa kedala dan halangan dalam melakukannya dari saat mencari sekolah yang tepat, meminta izin ke sekolah yang akan dituju untuk diobservasi, sampai dengan menyusun hasil laporan observasi ini. Saya sangat bersyukur karena tugas observasi ini dapat kami selesaikan dengan lancar.
Di sini saya ingin berterima kasih kepada teman-teman sekelompok saya yang telah sama-sama berjuang menyelesaikan tugas observasi ini. Untuk teman-teman sekelompok saya, Uun, Hans, Irma, Rodo, dan Venny, perjuangan kita akhirnya memmbuahkan hasil. I thought we wouldn't make it. But well, here's the result.
Saya juga ingin berterima kasih kepada Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd., Kak Fasti Rola, M,Psi, Psikolog, dan Kak Dianulla Sari M,Psi, Psikolog selaku dosen Mata Kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing, mengarahkan, serta membantu kami dalam menyelesaikan tugas observasi ini. Saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam laporan observasi ini.